Monday, March 15, 2010

Facebook

Facebook, siapa sih yang tidak kenal facebook?. Dari anak SD sampe ibu-ibu rumah tangga sekalipun telah bisa dan lihai dalam mengutak atiknya. Facebook diciptakan oleh Mark Elliot Zuckenberg (seorang programmer muda yang inovatif) dan dibantu oleh dua orang temannya yaitu Dustin Moskovitz dan Chris Hughes serta dengan pendanaan dari Eduardo Saverin.

Awal berdirinya facebook (4 februari 2004) keanggotaannya hanya dibatasi untuk siswa dari Harvard College, hingga akhirnya meluas seperti sekarang ini.
Bertambahnya pengakses facebook berjalan seiring dengan naiknya peringkat facebook ke posisi situs yang paling banyak dikunjungi. Bahkan di Amerika facebook menjadi situs nomor 1 untuk foto, mampu menyaingi Flickr (pendahulunya) yang memuat lebih dari 8.5 juta foto tiap harinya, sungguh suatu prestasi yang cukup membanggakan untuk ukuran situs baru.

Berkat facebook, kita bisa tetap menjaga tali persahabatan dengan teman yang terpisah jauh dari kita, bahkan kita bisa mencari teman sebanyak-banyaknya.

Masih ingat dengan Bilqis?  Seorang bayi yang menderita Atreia Billier -saluran empedu yang tidak terbentuk sempurna- dengna sirosis hepatis. Berkat facebook ia mendapatkan simpati dari berbagai kalangan, bahkan banyak para dermawan yang hendak membantu biaya berobat bilqis hingga sembuh. Dari sudut pandang ini, facebook bagaikan sayap-sayap malaikat penolong. Di tengah keputus asaan prang tuanya yang sangat, facebook seakan-akan datang dengan merentangkan sayap-sayap pertolongan yang mampu mngeluarkan mereka dari masalah yang tengah dihadapi.

Lain halnya dengan Desi -bukan nama sebenarnya-. di saat ia sedang membutuhkan curahan kasih sayang yang lebih dari orang tuanya. Namun bukan kasih sayang yang didapatkan, Ayahnya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan financial keluarga, sedangkan ibunya setiap hari hanya sibuk mengurusi facebooknya. Memang kebanyakan ibu-ibu rumah tangga yang menggunakan jasa pembantu, setiap harinya pasti memiliki banyak waktu luang, karena semua pekerjaan rumah sudah diurus oleh pembantunya. Jadi agar mereka tidak merasa bosan, mereka mencari alternatif kegiatan yang mudah,murah dan efisien. Nahhh,, facebook banget tuh. Sepanjang hari ibunya desi nonkrong di depan laptop menyambangi faebook berjam-jam. Desi merasa bahwa ibunya lebih mementingkan facebook daripada dirinya. Jika dilihat dari sudut pandang desi, facebok adalah jelmaan iblis yang telah merenggut kebahagiaannya.

Oleh karena itu, kita haruslah bisa membagi waktu antara belajar -bagi yang masih sekolah atau kuliah-, bemain dan facebookan. Kita juga harus bisa bersikap bijak dalam menggunakannya, jangan sampai facebook mejadi faktor penghambat kita dalam menggapaicita-cita kita.

No comments:

Post a Comment